SENIN, 17 0ktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi sistem informasi,
maka penyajian informasi yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap
orang. Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya
pencatatan manual menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya
pembayaran pasien pada suatu Rumah Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu
institusi pelayanan umum di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu
sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Sistem
informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada
rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi.
Karena dengan penggunakan metode komputerisasi, proses penginputan data, proses
pengambilan data maupun proses pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat
dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang
dapat menghubungkan perusahaan dengan domain publik, seperti individu,
komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini merupakan jalur termurah yang
dapat digunakan institusi untuk menjalin komunikasi efektif dengan konsumen.
Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan transaksi pembayaran
dapat dilakukan dengan cepat dan murah melalui internet.
Kecepatan evolusi teknologi informasi
dalam memanfaatkan internet untuk mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat
ditentukan oleh kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai.
Namun evolusi tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan
harus secara sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka
yang ingin menerapkan manajemen database dengan “aman” dan
“terkendali”, alur pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan yang
baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem
informasi kesehatan?
2. Bagaimana konsep-konsep
pengembangan sistem informasi kesehatan?
3. Bagaimana aplikasi
sistem informasi kesehatan pada sistem informasi rumah sakit?
4. Apa tujuan pengembangan
sistem informasi kesehatan?
5. Ruang lingkup sistem
informasi kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa
pengertian sistem informasi kesehatan.
2. Untuk mengetahui
bagaimana konsep-konsep pengembangan sistem informasi kesehatan.
3. Untuk mengetahui
bagaimana aplikasi sistem informasi kesehatan pada sistem informasi rumah
sakit.
4. Untuk mengetahui apa
tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan.
5. Untuk mengetahui ruang
lingkup sistem informasi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar dan Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu
pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis
dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan
perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan,
tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta
tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan
komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan
tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
yang berbasis computer (Computer Based Hospital Information System) di
Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang
pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya
adalah Rumah Sakit Husada.
Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan
dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada
beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM.
Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang
mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan dalam
pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan
yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical
success factors) dalam 1 implementasi sistem informasi tersebut kurang
lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal
juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam
masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem
yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sector
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era seperti saat
ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan
penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup
pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti
lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga
berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam
biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan
melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga
harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada
akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh
sumber daya manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit, sebagai salah satu
institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi pasien dalam
kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui
kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena
menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu
rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus
diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena
selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk
membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika
rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun
perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya
dilakukan secara manual.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi
Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor
pemerintah dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian
rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke
pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan
program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes
tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki system kesehatan yang yang saling
terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke
tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem
informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan
program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat
diketahui, difahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya.
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS
yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai
ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS
belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali
dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor
kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan,
yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi
di pusat.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program
memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila
diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai
jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan
dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem
informasi
4. Masih belum membudayanya
pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
5. Belum adanya sistem
pengembangan karir bagi pengelola system informasi, sehingga seringkali timbul
keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola
sistem informasi.
B. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun
untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam
melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar
yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem
informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan
sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak
bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang
memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem
informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan
teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu
organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak
dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan
oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya
tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah
suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu
organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut.
Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah
berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem
harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan
akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem
informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem
informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi
tersebut Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi
juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga system informasi yang sekarang
digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi
informasi Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat
keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya
sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini
disebabkan:
1. Perangkat keras yang
digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated)
sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh
perusahaan pemasok perangkat keras.
2. Perusahaan pembuat
perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi
terbaru itu umumnya mempunyai featureyang lebih banyak, melakukan
optimasi proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru
dari perangkat keras yang juga telah berkembang. Meskipun pada umumnya,
perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba
menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi
efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini
disebabkan karena feature-featureyang baru tidak termanfaatkan
dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan
cepat, maka para pengguna harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan
teknologi tersebut.
Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi
informasi tersebut adalah:
1. Dalam melakukan
antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.
2. Harus selalu siap untuk
melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukungnya,
apabila diperlukan.
3. Harus siap untuk
melakukan migrasi ke sistem yang baru. Arah perkembangan teknologi informasi
dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan perangkat
keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat keras:
b. Peningkatan kecepatan.
c. Peningkatan kemampuan.
d. Penurunan harga.
Perkembangan perangkat komunikasi
menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem
dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola
terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di pecah
menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan
(server) dan yang satu lagi diletakkan di komputer pengguna (client),
desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat
lunak, terutama perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti
perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan
perangkat lunak back-end dan pada clientdiletakkan
perangkat lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah
perangkat lunak pengelola sistem basis data (database management
system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah
perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL
dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface)
untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity).
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna
(user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan
dari para pemakai, baik dari sisi :
1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC).
EUC adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya
sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan
pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah
yang serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi.
Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem
yang terfragmentasi.
4. Daya guna sistem informasi sangat
ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated)
mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu
organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan
biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam system informasi itu, merupakan
prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus
berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi
(aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan
dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem
informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja,
tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa
aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah
satu factor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan
perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat
terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem
informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan
sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan
pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat
kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang
cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan
pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan
Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai factor seperti :
keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu system informasi siap
dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan
organisasi dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi
keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi
dan operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi
organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh
(holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem
informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada
umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali
kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan
fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu
sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam
unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang
bangun/desain system informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan
dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut
prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental
atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan
menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi
telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana
dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan
salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena
keberadaan informasi tersebut:
a. Menentukan kelancaran dan kualitas
proses kerja,
b. Menjadi ukuran kinerja
organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat
organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi
menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa
konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup
luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah
sebagai berikut:
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas
beberapa modul, masingmasing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan
masingmasing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan
kebutuhan. Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman
maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran sampai 5
tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul,
karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.
C. Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan pada Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat
lepas kaitannya dengan system informasi kesehatan karena sistem ini merupakan
aplikasi dari system informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita
mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia,
mulai dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya.
1. Rancang Bangun (desain) Sistem
Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat
bergantung kepada jenis dari rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia,
berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola
oleh:
1) Departemen Kesehatan,
2) Departemen Dalam Negeri,
3) TNI,
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari
keuntungan (non profit)
b. Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan
dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non
profit) maupun yang memang mencari keuntungan (profit). Berdasarkan sifat
layanannya rumah sakit dibagi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum
Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit
Umum digolongkan menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum tipe A,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik
yang luas.
2. Rumah Sakit Umum tipe B,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik
yang terbatas.
3. Rumah Sakit Umum tipe C,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik yang terbatas,
seperti penyakit dalam, bedah, kebidanan dan anak.
4. Rumah Sakit Umum tipe D,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis dasar. Untuk Rumah Sakit Swasta,
Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum Pratama,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis umum,
2. Rumah Sakit Umum Madya,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik,
3. Rumah Sakit Umum Utama,
rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan
subspesialisitik.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan
penanganan untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medis
subspesialistik tertentu. Yang masuk dalam kelompok ini diantaranya: Rumah
Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb. Dari Keputusan Menteri Kesehatan
No. 983 tahun 1992, dapat diketahui bahwa organsasi rumah sakit secara umum
adalah organisasi matriks. Semua staf yang ada, dibagi ke dalam divisi-divisi
yang ada dalam struktur organisasi rumah sakit tersebut, sedangkan setiap
tenaga medis tersebut juga dikelompokkan ke dalam kelompok fungsional menurut
profesinya masing-masing dan setiap kelompok fungsional dipimpin oleh seorang
ketua kelompok. Organisasi matriks adalah organisasi yang paling dinamis dan
paling baik, jika dibandingkan dengan tipe organisasi lainnya, namun harus
disadari sepenuhnya bahwa setiap staf dalam organisasi tersebut mempunyai 2
pimpinan sekaligus yang memberikan perintah dan pengarahan kepada yang
bersangkutan, yaitu pimpinan divisi dan pimpinan kelompok. Oleh karena itu,
setiap staf pada organisasi matriks harus mampu bekerjasama lintas divisi,
mampu berkomunikasi dengan baik dengan ke 2 pimpinannya dan mampu membagi
pekerjaannya berdasarkan prioritas. Organisasi matriks memang sangat memerlukan
dukungan teknologi infomasi/komputer dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.
Namun agar teknologi informasi dapat memberikan dukungan yang maksimal, maka
panataan pola kerja organisasi tersebut merupakan prasyarat utama. Untuk menyusun
SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:
a. Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit
? Jawaban pada umumnya
b. Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas
utama rumah sakit ? Jawaban pada umumnya adalah pasien/penderita
c. Dukungan operasional apa saja yang
diperlukan oleh rumah sakit ?
Jawaban pada umumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana/prasaran
d. Sistem apa yang dibutuhkan untuk
mengelola rumah sakit tersebut ?
Jawaban pada umumnya adalah manajemen
rumah sakit.
Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS
terdiri dari:
a. Subsistem Layanan
Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis,
yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia,
yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga administratif
rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang
mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem
Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam rumah
sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan
habis pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen
Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah sakit tersebut,
termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek,
pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar. Ke 6 subsistem tersebut
diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul yang sifatnya lebih
spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
a. Modul Rawat Jalan, yang
mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat jalan.
b. Modul Rawat Inap, yang
mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap.
c. Modul Layanan Penunjang
Medis, termasuk didalamnya tindakan medis, pemeriksaan laboratorium, dsb.
2. Pengembangan Sistem Informasi Rumah
Sakit
Dalam melakukan pengembangan SIRS,
pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan
pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria
dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS
adalah sebagai berikut:
a. SIRS harus dapat
berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam memberikan
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
b. SIRS harus mampu
mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran Rumah
Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
c. SIRS dapat menunjang
proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun pengambilan
keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
d. SIRS yang dikembangkan
harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap usaha-usaha
pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang
dikembangkan.
e. SIRS yang dikembangkan
harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan
dimasa datang.
f. Usaha pengembangan
sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya investasi yang tidak
sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of
return) dalam waktu yang relatif singkat.
g. SIRS yang dikembangkan
harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
h. Pentahapan pengembangan
SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem serta sesuai
dengan kriteria dan prioritas.
i. SIRS yang dikembangkan
harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas yang awam sekalipun
terhadap teknologi komputer (user friendly).
j. SIRS yang dikembangkan
sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan
kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem
yang baru.
k. Pengembangan diarahkan
pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan SIRS. Atas
dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran
Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
a. Memiliki aspek
pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan (auditable)
maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
b. Terbentuknya sistem
pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan
terpadu.
c. Terbentuknya suatu
sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
d. Meningkatkan daya-guna
dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan.
e. Terjaminnya konsistensi
data.
f. Orientasi ke masa depan.
g. Pendayagunaan terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang
dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan
integrasinya sesuai
Rancangan Global SIRS.
SIRS merupakan suatu sistem informasi
yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai
kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang
harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi
masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu
dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan
pengembangan SIRS adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
SIRS,
b. Penyusunan Rancangan Global SIRS,
c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk
aplikasi yang sangat spesifik,
e. Implementasi, dalam arti pembuatan
aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukung.
f. Operasionalisasi dan Pemantapan.
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis
komputer (Computer Based Hospital Information System) memang sangat
diperlukan untuk sebuah rumahsakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun
sistem informasi yangterpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar.
Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam
pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam
melakukan migrasi dari system yang lama pada sistem yang baru.
Selama manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa informasi
adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan
biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang
berat, bukan sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi.
Kalau informasi telah menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk
pengembangan, pemeliharaan maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk
dalam kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah
sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi
informasi dapat menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali
mengimplementasikan dan mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit
tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan teknologi informasi.
Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi
menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak
menguntungkan bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat lunak SIRS siap pakai yang
tersedia di pasaran pada saat inisebagian besar adalah perangkat lunak SIRS
yang hanya mengelola sebagiansistem atau beberapa subsistem dari SIRS. Untuk
dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras
yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah memiliki
rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi
rumah
D. Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Melalui hasil pengembangan sistem
informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Perangkat lunak tersebut
dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh
pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open
system tersebut diharapkan jaringan akan bersifatinteroperable dengan
jaringan lain.
3. Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan
dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit
pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa
depan.
4. Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi
informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area
Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan
sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara
pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi
informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi
ini akan secara proaktif mencari, menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan
mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi
ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan
kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam
rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai
sebaik-baiknya
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi
ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari
rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan,
penggajian dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi
ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana
bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan
data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan,
kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat
meraih keunggulan kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang
strategis yang dapat ditemukan.
E. Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi
Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front
office management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1. Registrasi Pasien, yang
mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan
statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran
pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik
yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah, anak, obstetri
dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi,
radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai
kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar
tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
3. Rawat Inap. Modul ini
mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan
dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang
Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG, USG,
ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5. Penagihan dan
Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan
penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung
maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat
transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang,
manajemen deposit dan lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang
meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.
Melalui lingkup manajemen pasien tersebut
dapat diperoleh laporanlaporan mengenai:
1. -Pendapatan rawat inap
dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2. -Penerimaan kasir secara
periodik,
3. -Tagihan dan kwitansi
pembayaran pasien,
-Rekam medis pasien,
4. -Data kegiatan rumah
sakit dalam triwulan (RL1),
5. - Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a),
6. - Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),
-Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
7. - Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,
8. -Data morbiditas
penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
-Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.
9. -Data morbiditas
penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),
1.
Untuk memudahkan penyajian informasi
tersebut, maka laporan-laporan tersebut dapat diekspor ke berbagai macam format
antara lain:
1. Comma separated value (CSF), Data
Interchange Format (DIF),
3. Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0,
dan 5.0 tabular),
4. HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended & standard),
5. Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5),
6. ODBC,
7. Rich Text Format (RTF),
8. ext,
9. Word for Windows Document.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang
efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di
semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan
hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang
dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan kuliah Kapita
Selekta (2006) D3 Rekam Medis dan Informasi
2. Kesehatan Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
3. Browsing Internet
menggunakan situs www.google.com dengan kata kunci
4. “sistem informasi
kesehatan”, “menejemen informasi kesehatan”, “sistem
informasi”, “sistem informasi rumah sakit”, “menejemen informasi”, “data
dan informasi kesehatan”, dll
5. Download file
type *.pdf via situs
6. http://www.dinkes-dki.go.id/sik.htm
7. http://www.depkes.go.id
8. http://www.dinkesjatim.go.id
9. http://www.desentralisasi-kesehatan.net
10. http://www.sikonline.net/index.php?option=content&task=view&id=17
11. http://www.med.usf.edu/CLASS/his.htm
12. http://www.hsc.usf.edu/CLASS/his.htm
13. http://www.amia.org/pubs/symposia/D005614
0 comments:
Post a Comment